Jumat, 26 Oktober 2007

ProloG

Sebuah "Latarbelakang" untuk sebuah kisah
JALAN SEMPIT
Sekali peristiwa. Tuhan memperingatkan rakyat mengenai datangnya gempa bumi, yang akan menghabiskan seluruh air yang ada di negeri ini. Air yang kemudian datang mengganti, akan membuat setiap orang menjadi gila. Hanya nabilah yang menanggapi Tuhan dengan serius, ia mengusung air banyak-banyak ke guanya di gunung, sehingga cukup kiranya sampai hari kematiannya. Ternyata benar, gempa bumi sungguh terjadi. Air menghilang dan air yang baru mengisi parit, danau, sungai serta kolam. Beberapa bulan kemudian nabi turun ke lembah untuk melihat apa yang telah terjadi. Memang, semua orang telah menjadi gila. Mereka menyerang dan tidak mempedulikannya. Mereka semua yakin justru dialah yang sudah menjadi gila. Maka nabi pulang ke guanya di gunung. Ia senang, bahwa ia masih menyimpan banyak air. Tetapi lama-kelamaan ia merasakan kesepian yang tak tertahankan lagi. Ia ingin sekali bergaul dengan sesama manusia. Maka ia turun kebawah lagi. Sekali lagi ia diusir oleh orang banyak, karena ia begitu berbeda dari mereka semua. Nabi lalu mengambil keputusan. Ia membuang seluruh air yang disimpannya, minum air baru dan bergabung dengan orang-orang lainnya sehingga sama-sama menjadi gila. Jika engkau mencari kebenaran, engkau berjalan sendirian. Jalan ini terlalu sempit untuk kawan seperjalanan. Siapakah yang dapat tahan dalam kesendirian itu?
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
ceritA ini diambil dari sebuah buku berjudul Burung berkicau. berisi tentang cerita-cerita bijak dari jaman dahulu. kisah diatas menceritakan tentang kesendirian dan siapa yang tahan dengan kesendirian seorang nabi pun "rela menjadi gila" untuk menghilangkan kesendirian.
semoga menjadi pelajaran.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus mudah-mudahan bermanfaat